Lini Indonesia, Makassar - HIKMA (Himpunan Keluarga Massenrempulu) Kabupaten Enrekang menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas), dihadiri para sesepuh, penasehat HIKMA serta 19 Dewan Pimpinan Wilayah Se-indonesia dan 4 Dewan Pimpinan Luar negeri (Malaysia, Belanda, Afrika dan Singapura) dengan total peserta 350 orang.
Rakernas menekankan untuk menjaga tali silaturahmi antar warga HIKMA dimanapun berada dan sebarkan semangat "Tobana," (Tolong-menolong, Bantu-membantu dan Nasehat-menasehati).
Ketua Umum DPP HIKMA Andi Rukman Karumpa yang biasa dipanggil ARN mengatakan, "Tobana," mengandung makna luhur yang digagas oleh sesepuh HIKMA. Intinya yaitu, "Tolong-menolong, Bantu-membantu dan Nasehat- menasehati". Semuanya di bungkus dalam tali silaturahmi.
Bagaimana kita sesama warga HIKMA saling bantu. Mari kita buat celengan HIKMA. Setiap minggu kita isi celengan itu semampunya.
"Kita pakai dananya untuk membatu warga HIKMA yang kesulitan,” ujar ARN yang juga merupakan Ketua Umum Gapensi saat ini periode 2024-2029.
Andi Rukman juga menekankan, melalui Rakernas HIKMA 2024, dengan tema : "Sicidokkoan Na To Sipatanggaran," adalah momentum menata pembangunan dan sumber daya manusia di Kabupaten Enrekang,” kata andi.
Disamping itu, Ketua pelaksana Rakernas HIKMA Kombes Pol. Doktor Muhammad Arsal Sahban mengatakan pentingnya menyebarkan makna, "Tobana," kepada seluruh warga HIKMA diseluruh Indonesia dan juga warga HIKMA yang berada di Luar Negeri.
Arsal dalam sambutannya, mengatakan, “Kegiatan Rakernas HIKMA, dengan maksud dan tujuan menyebarkan makna, "Tobana," (Tolong-menolong, Bantu-membantu dan Nasehat-menasehati) yang oleh DPP HIKMA melalui MUBES VII telah melahirkan garis besar program kerja dan rekomendasi DPP HIKMA masa bakti tahun 2022 -2027 telah menyebarkannya.
Semangat visi organisasi yang dituangkan dalam Tri-Program "HIKMA" yaitu : (1) Bagaimana HIKMA semakin terasa manfaatnya oleh anggota atau keluarga Massenrempulu dimanapun berada.
(2) Bagaimana HIKMA memerankan diri sehingga kehadirannya dapat memberi kontribusi terhadap kemajauan daerah. Khususnya kabupaten Enrekang dan Sulawesi Selatan dan pada umumnya untuk kesatuan Indonsia yang lebih sejahtera dan maju.
(3) Bagaimana keluarga HIKMA dimanapun berada dapat memberikan kontribusi kepada daerah dimana ia bertempat tinggal dan mencari nafkah sebagai implementasi terhadap dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.” ujarnya arsal yang juga merupakan Wakil ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Keluarga Massenrempulu (DPP HIKMA).
Disela-sela acara, Arsal yang dihubungi awak media menjelaskan asal usul dan makna, "Tobana," dikonsep oleh Almarhum Doktor Sahban Liba, ketua HIKMA saat itu yang juga merupakan Ayahanda Saya.
Teringat, Beliau selalu mendengungkan makna, "Tobana," setiap sambutan acara HIKMA. Jargon ini lahir karena "HIKMA" didirikan dan berkantor pusat perantauan yaitu di Jakarta.
Sebagai warga minoritas di Jakarta, untuk dapat berhasil dan bisa bertahan hidup maka sesama warga Massenrempulu harus saling menolong, saling membantu dan saling menasehati bila ada persoalan.
Menurut Beliau, kalau bukan kita sebagai keluarga siapa yang akan menolong kita. Hal ini Beliau buktikan dengan menerima bahkan menampung ratusan warga Massenrempulu khususnya dari Tanah Duri saat merantau ke jakarta.
Keluarga yang ditampung saat itu, saat ini ada yang sudah menjadi Rektor, Pengusaha, Dokter, PNS dan berbagai profesi lainnya.
Ibu Saya juga mengatakan, kalau Bapak saat mengkonsep, "Tobana," mencoret-coret cukup lama di kertas dan menuliskannya dengan aksara Lontara, yaitu sistem tulisan tradisional yang digunakan oleh masyarakat Bugis-Makassar’ kata Arsal menjelaskan tentang awal mula konsep "Tobana," yang saat ini menjadi jargon "HIKMA".
Himpunan keluarga Massenrempulu (HIKMA) merupakan pilar tertua di Sulawesi selatan. Bahkan lebih tua dari KKSS yang merupakan induknya. KKSS dibentuk 12 November 1976, sedangkan "HIKMA" berdiri tahun 1964.
Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP KKSS) Muchlis Patahna mengatakan, organisasi Himpunan Keluarga Massenrempulu (HIKMA) sebagai pilar tertua KKSS patut dijadikan contoh dalam membangun organisasi “HIKMA" merupakan pilar tertua bahkan lebih tua dari KKSS itu sendiri yang harus dijadikan teladan bagi pilar-pilar lainnya dalam membesarkan organisasi,” kata Patahna.
Hal itu disampaikan Patahna dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Sicidokkoan Na To Sipatangngaran "HIKMA" di Hotel Claro Makassar, Jumat (8/11).
HIKMA atau Himpunan Keluarga Massenrempulu adalah perkumpulan masyarakat Se-kabupaten Enrekang. Kabupaten Enrekang sendiri di diami oleh 3 suku/Etnis yaitu, Suku Duri, Maiwa dan Enrekang.
Ketiga suku ini menyatukan diri menjadi Himpunan Keluarga Massenrempulu yang biasa di singkat "HIKMA".
"HIKMA" sendiri telah berdiri pada tahun 1964. Dengan ketuanya mulai dari Andi Sose, Baddu amang, Doktor Sahban liba, arifuddin pangka dan saat ini dipimpin oleh Andi Rukman Karumpa.
Massenrempulu adalah istilah yang berasal dari bahasa Enrekang, yang berarti "melekat seperti beras ketan".
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kesatuan dari tiga suku yang tinggal di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, yaitu suku Enrekang, Duri, dan Maiwa.
Secara geografis, daerah ini terdiri dari jajaran gunung-gunung dimana 85 % wilayahnya merupakan pegunungan.
Rakernas "HIKMA" yang dilaksanakan pada hari Jum'at, 08 November 2024, di hotel Claro makassar adalah merupakan kegiatan yang diamanatkan kepada DPP HIKMA sesuai dengan ART HIKMA.
Rakernas "HIKMA" itu dihadiri sejumlah tokoh antara lain Andi Sudirman Sulaiman (Gubernur Sulsel periode 2022-2023), H.Muslimin Bando (anggota DPR RI), Doktor Ilham Arif Surajuddin (mantan Wali Kota Makassar dua periode), Rahman Pina (Wakil Ketua DPRD Sulsel), BJP Nasri (Wakapolda Sulsel), Muhammad Hatta Ali (mantan Ketua Mahkamah Agung).
(Red)
0 komentar:
Posting Komentar